Langsung ke konten utama

Tafsir Ibnu Kasir, Al-Fatihah, ayat 2


"Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."

Berbagai pendapat ulama salaf mengenai Alhamdu

Tafsir Ibnu Kasir. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Amr As-Sukuni...dari Al-Hakam ibnu Umair yang diaanggap sebagai sahabat. Dia menceritakan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda: "Apabila kamu ucapkan, 'Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,' berarti engkau telah bersyukurkepada Allah, dan Dia niscaya akan menambahkan (nikmat-Nya) kepadamu."

Abu Isa Al-Hafiz (yaitu Imam Turmuzi) Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan melalui hadis Musa ibnu Ibrahim...dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:"Zikir yang paling afdal (utama) ialah,'Tidak ada Tuhan selain Allah,' dan doa paling afdal ialah,'Segala puji bagi Allah."
Imam Turmuzi mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan garib.

Ibnu Majah meriwayatkan melalui Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:"Tidak sekali-kali Allah memberikan suatu nikmat kepada seorang hamba, lalu si hamba mengucapkan , 'Segala puji bagi Allah,' melainkan apa yang diberikan oleh Allah (pahala) lebih afdal daripada apa yang diterimanya."

Al Qurtubi didalam kitab Tafsir-nya dan didalam kitab Nawaridul Usul telah meriwayatkan melalui Anas r.a., dari Nabi Saw., bahwa Nabi Saw pernah bersabda:"Seandainya dunia berikut semua isinya berada di tangan seorang lelaki dari kalangan umatku, kemudian dia mengucapkan, 'Segala puji bagi Allah,' niscaya kalimat alhamdu lillah (yang telah dia ucapkan itu) jauh lebih afdal daripada hal itu (dunia dan seisinya)"

Al Qurtubi dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud dari hadis ini ialah "ilham yang diberikan oleh Allah kepadanya untuk mengucapkan kalimah 'segala puji bagi Allah' benar-benar lebih banyak mengandung nikmat baginya daripada semua nikmat dunia'. Dikatakan demikian karena pahala memuji Allah bersifat kekal , sedangkan nikmat dunia pasti lenyap dan tidak akan kekal

Allah Swt telah berfirman: "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (Al Kahfi: 46)

Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah disebutkan melalui Ibnu Umar bahwa Rasulullah Saw pernah bercerita kepada mereka (para sahabat): " Bahwa ada seseorang hamba Allah mengucapkan doa, 'Wahai Tuhanku, bagi engkau segala puji sebagaimana yang layak bagi keagungan zat-Mu dan kebesaran kekuasaan-Mu.' Maka kedua malaikat merasa kesulitan , keduanya tidak mengetahui bagaimana mencatat (pahala) nya, lalu keduanya naik melapor kepada Allah dan berkata, 'Wahai Tuhan kami , sesungguhnya ada seorang hamba mengucapkan suatu kalimat (doa) yang kami tidak mengetahui bagaimana mencatatnya,' Allah Swt berfirman -Dia Maha Mengetahui apa yang diucapkan oleh hamba-Nya itu-, 'Apakah yang telah diucapkan oleh hamba-Ku itu?' Keduanya menjawab , 'Wahai Tuhanku, sesungguhnya dia telah mengatakan, 'Bagi engkau segala puji, wahai Tuhanku, sebagaimana yang layak bagi keagungan zat-Mu dan kebesaran kekuasaan-Mu.' Lalu Allah berfirman kepada kedua malaikat itu, 'Catatlah olehmu berdua seperti apa yang diucapkan oleh hamba-Ku hingga dia bersua dengan-Ku, maka Aku akan membalas pahalanya secara langsung."

Istilah "Rabb" artinya "pemilik yang berhak ber-tasarruf", menurut istilah bahasa diucapkan menunjukan arti tuan dan orang yang bertasarruf untuk perbaikan. Pengertian tersebut masing-masing sesuai dengan hak Allah Swt. Lafaz Rabb tidak dapat dipakai untuk selain Allah Swt., melainkan di-mudaf-kan. Untuk itu, katakanlah olehmuRabbud Dar (pemilik rumah) dan Rabb Kaza (pemilik anu) Lafaz Rabb yang dimaksudkan adalah Allah Swt., hanya dipakai tanpa mudaf. Menurut suatu pendapat, lafaz Rabb adalah Ismul A'zam.

Al-'alamina bentuk jamak dari 'alamun, artinya 'semua yang ada selain Allah.' dan lafaz 'alamun sendiri bentuk jamak yang tidak ada bentuk tunggal dari lafaz aslinya. Sedangkan lafaz al'awalim artinya 'berbagai macam makhluk yang ada dilangit, didaratan, di laut', dan setiap generasi dari semua jenis makhluk tersebut dinamakan 'alam pula.

Bisyr ibnu Imarah meriwayatkan dari Abu Rauq, dari Dahhak, dari Ibnu Abbas, bahwa ''Segala puji bagi Allah , Tuhan semesta alam'' artinya ialah 'segala puji bagi Allah yang semua makhluk ini adalah milik-Nya, yaitu langit, bumi,dan yang ada diantara keduanya, baik yang kita ketahui ataupun yang tidak kita ketahui.

Az-Zujaj mengatakan bahwa al-'alam ialah semua yang telah diciptakan oleh Allah di dunia dan akhirat. Demikian pendapat Al-Qurtubi, dan pendapat inilah yang sahih, yaitu yang mengatakan pengertian alam mencakup kedua alam tersebut (dunia dan akhirat), sebagaimana yang dinyatakan didalam firman-Nya (menurut bacaan orang yang membaca al-'alamina menjadi al-'alamaini), yaitu: "Fir'aun bertanya, 'Siapa Tuhan kedua alam itu?' Musa menjawab, 'Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya." "Fir'aun bertanya: 'Siapa Tuhan semesta alam itu?' Musa menjawab: 'Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa di antara keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya" (As-Syu'araa': 23-24). Tafsir Ibnu Kasir






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Ibnu Kasir, Al Fatihah, Ayat 5

Hanya Engkaulah Yang Kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tafsir Ibnu Kasir .Qira-ah Sab'ah dan jumhur ulama membaca tasydid huruf ya yang ada pada iyyaka . Sedangkan Amr ibnu Fayid membacanya dengan takhfif , yakni tanpa tasydid desertai dengan kasrah , tetapi qira-ah ini dinilai syaz lagi tidak dipakai, karena iya artinya "cahaya matahari" Sebagian ulama membacanya ayyaka , sebagian yang lainnya lagi membacanya hayyaka dengan memakai ha sebagai ganti hamzah Al-'ibadah menurut istilah bahasa berasal dari makna az-zullah , artinya "mudah dan taat" , dikatakan tariqun mu'abbadun artinya "jalan yang telah dimudahkan (telah diaspal)" dan ba'irun mu'abbadun artinya "unta yang telah dijinakkan dan mudah dinaiki (tidak liar)" Sedangkan menurut istilah syara'yaitu "suatu ungkapan yang menunjukan suatu sikap sebagai hasil dari himpunan kesempurnaan rasa cinta, tunduk, dan takut" Maf'u

Tafsir Ibnu Kasir, Al Fatihah, Ayat 7

"(Yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." Tafsir Ibnu Kasir . Dalam hadis yang lalu disebutkan apabila seseorang hamba mengucapkan "Tunjukilah kami ke jalan yang lurus..." sampai akhir surat, maka Allah Swt berfirman: "Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta." Firman Allah Swt. yang mengatakan: "Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka" (Al-Fatihah: 7) berkedudukan menafsirkan makna siraatal mustaqim . Menurut kalangan ahli nahwu menjadi badal , dan boleh dianggap sebagai 'ataf bayan . Orang - orang yang memperoleh anugerah nikmat dari Allah Swt adalah mereka yang disebutkan di dalam surat An-Nisaa melalui firman-Nya: "Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para sid

Tafsir Ibnu Kasir, Al-Fatihah, ayat 4

Yang Menguasai hari pembalasan Tafsir Ibnu Kasir . Sebagian ulama qira-ah membacanya maliki , sedangkan sebagian yang lain membacanya maaliki ; kedua-duanya sahih lagi mutawatir di kalangan As-Sab'ah. Lafaz maliki dengan huruf lam di- kasrah -kan, ada yang membacanya malki dan maliki . Sedangkan menurut bacaan Nafi', harakat kasrah huruf kaf dibaca isyba' hingga menjadi maliki yaumid din. Kedua bacaan tersebut (maliki dan maaliki) masing-masing mempunyai pendukungnya tersendiri ditinjau dari segi maknanya ; kedua bacaan tersebut sahih lagi baik. Sedangkan Az-Zamakhsyari lebih menguatkan bacaan maliki, mengingat bacaan inilah yang dipakai oleh ulama kedua Kota Suci (Mekah dan Madinah), dan karena firman-Nya: "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" (Al-Mu-min: 16), "Dan benarlah perkataan-Nya, dan di tangan kekuasaan-Nyalah segala kekuasaan." (Al-An'am: 73) Telah diriwayatkan sebuah hadis melalui berbagai jalur periwayatan yang dikete